Tuesday, October 21, 2014

PROLOG


Jarum jam menunjukkan angka 5 dan 12 menandakan waktu tepat jam 5. Seberkas cahaya kuning merasuk ke dalam ruang tamu rumah melewati gorden kasa putih. Rumah itu cukup terawat dengan adanya beberapa peralatan modern seperti tv flat, sofa empuk bewarna merah, meja kecil yang diatasnya berserakan bungkus makanan ringan beserta teh, dan lukisan abstrak di atas tv.
Seorang gadis usia remaja dan masih mengenakan seragam sekolahnya duduk di sofa sembari menonton tv.  Ia asyik memakan kue cupcake ceri manis yang cerinya jatuh mengenai rok lipit dan jas hijau seragamnya ketika bel rumahnya berbunyi. Ia segera menuju pintu depan rumahnya dan membukakan pintu.
“Permisi. Paket untuk Airi Sefiroth.”    
Gadis itu terlihat sangat senang melihat kotak bewarna coklat yang dibawa pengantar paket dan segera menandatangani penerimaan paket. Segera setelah pengantar paket itu pergi ia segera membuka paket itu di ruang tamu rumahnya.
“sip. Kamera antik baru sudah ditangan,” ujarnya senang sembari membuka bungkusan coklat itu.
Ia membuka kamera itu hendak mengisinya dengan rol film yang dimilikinya, namun ia terkejut, tempat dimana seharusnya rol film diletakkan justru tertutupi oleh sesuatu seperti batu berwarna hitam.  Berkali-kali ia mencoba mencongkel batu itu namun justru tetap tak bisa.
Karena kesal, akhirnya dia membereskan sisa dari kardus itu dan meletakkan kamera yang tak bisa digunakan itu ke kamarnya.
Kamarnya seperti kamar seorang gadis pada umumnya, namun bukan hanya kasur, meja belajar dengan laptop, meja rias dan lemari saja, kamarnya juga penuh dengan kamera analog jadul. Ia meletakkan kamera yang baru diterimanya itu di meja riasnya dengan lensa kamera menghadap cermin dan tanpa sengaja dia menekan tombol shutternya. “klik” Suara yang seharusnya hanya terdengar di kamera yang ada isi rolnya, terdengar begitu saja di kamera berisi batu itu.
Hanya sejenak ia merasa kaget, ia segera teringat dengan cupcake yang masih menempel di blazer dan rok lipit seragamnya. Ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan remahan cupcake yang menempel pada blazernya.
Ia membuka pintu kamar mandinya dan terkejut bukan main.
Sesosok manusia yang sangat mirip dengannya, seperti cermin menatapnya dengan tatapan yang kosong. Sosoknya benar-benar mirip dengannya. Sesaat dia mengira bahwa yang di depannya itu adalah cermin. Namun ia sadar, ada yang beda dengan sesuatu di depannya. Tidak ada pantulan dari ruangan di belakangnya dan sosok itu bermata merah, berbeda dengannya yang bermata coklat tua.
Ia mendorong sosok yang mirip dengannya itu dan berusaha untuk lari dari rumahnya atau mencari sesuatu yang bisa dia gunakan sebagai perlindungan. Namun baru beberapa langkah, sosok itu sudah memegangi lehernya dan mendadak ia merasa segalanya gelap dan tak sadarkan diri.
“Airi. Kau di dalam?” teriak seorang pemuda dari arah ruang tamu. Sosok yang mirip Airi segera menggeret Airi yang tak lagi bernyawa dan melemparnya ke bak mandi. Kembaran Airi itu segera menutup pintu kamar mandi untuk menyembunyikan mayat Airi.
“Gak dikunci. Aku masuk yah. Kau dimana sih? Nih oleh-oleh” tambah pemuda itu. Pemuda itu berusia sekitar 20 tahunan. Ia memakai kemeja kotak bewarna hitam di balik jaket coklatnya.
Kembaran Airi dengan tatapan kosongnya menemui pemuda yang dari tadi berisik di ruang tamu rumahnya. Pemuda itu sedang sibuk dengan kresek yang dibawanya. Dia mengeluarkan beberapa kotak makanan ke atas meja kecil di depan tv mereka. Dia tidak sadar bahwa kembaran Airi sudah berdiri di belakangnya, dengan tangan siap mencekik pemuda itu.
Merasa seperti ada sesuatu di belakangnya, pemuda itu menoleh dan mendapati adiknya berada di belakangnya dengan tatapan kosongnya dan mata merahnya.
“Airi... Kau ini dari tadi di sini? Kenapa gak bersuara sih? Kenapa, tenggorokanmu sakit? Dari tadi diam saja. Eh, itu lensa kontak baru?” ujarnya sembari berdiri dari sofa. Ia beranjak dari sofa itu hendak menuju kamar mandi.
Sewaktu membuka pintu, dia terkejut melihat Airi berada di bak mandi dengan pakaian lengkap. Ia segera menutupnya lagi.
“Eh, ada orang yah. Kalo mandi dikunci lah,” ujarnya sembari menutup pintunya lagi.
Butuh waktu beberapa detik baru dia tersadar ada yang aneh dengan adiknya. Airi bukannya berada di ruang tamu bersamanya? lalu siapa yang sedang berendam dengan seragam yang mirip dkenakan Airi di bak itu?
Ia segera membuka pintu kamar mandi lagi dan mengeluarkan Airi yang basah kuyup tersebut. Ia segera membawa Airi keluar dari kamar mandi dan mendudukkannya di kursi. Ia juga mengeringkan tubuh Airi yang basah dan dingin itu dengan handuk yang tergantung di hanger.
Sewaktu tangannya menyentuh lehernya yang dingin dan tak berdetak, ia tersadar ada yang tak beres dengan adiknya itu. Ia segera mencari denyut nadi dan nafas adiknya. Namun, semua itu tidak ada.
“Airi...” ujarnya lirih. “Hei,jangan bercanda deh.”
Merasa tak ada yang bisa dilakukan, dia bermaksud memanggil ambulans tapi ponselnya ia tinggalkan di ruang tamu dimana ia melihat adiknya yang masih hidup. Ia segera menuju ruang tamu dan ada seseorang yang sudah menunggunya.
Sesosok kembaran Airi sudah menunggunya di ruang tamu. Pemuda itu senang melihat adiknya masih hidup. Ia segera menuju ke tempat kembaran Airi berdiri –sekedar mengecek apa dia benar Airi atau hantu—. Ia menyentuh leher Airi mata merah dan lagi-lagi terkejut, Airi mata merah ini benar-benar dingin dan tidak memiliki denyut nadi.
“Apa yang...?” sebelum kata-katanya selesai diucapkan, Airi mata merah sudah keburu menyentuh lehernya dan pemuda itu jatuh tak sadarkan diri dengan pertanyaan yang tak akan terjawab mengapa adiknya ada dua? Memang ada dua ataukah adiknya bermain-main dengan memanipulasi denyut nadi?

*END OF PROLOG*


Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.


Catatan penulis:
Maaf kalo bahasanya masih kacau, namanya juga menulis novel atau novel ringan seperti ini hanya untuk hobi. Habisnya kalo ide cerita gak disalurkan rasanya bete. Hahaha Apalagi kalo lagi stress. Pasti pingin ngelakuin hobi, yah, 2 hobiku saat ini: nulis novel dan menggambar tokoh anime.
Ide yang ada itu berasal dari film dan anime yang kutonton, manga novel dan yang kubaca, dan kebanyakan mimpi yang kualami kalo lagi tidur. Mimpi itu berasal dari imajinasi alam bawah sadar dari apa yang kulihat sebelumnya. Jadi, mungkin kadang ada kesamaan cerita dari film atau game atau anime atau novel yang pernah ada.
Cerita ini akan ku update setiap hari atau mungkin seminggu sekali. 


Devinta, 21 Oktober 2014

0 comments:

Post a Comment