PROLOG
Jarum
jam menunjukkan angka 5 dan 12 menandakan waktu tepat jam 5. Seberkas cahaya
kuning merasuk ke dalam ruang tamu rumah melewati gorden kasa putih. Rumah itu
cukup terawat dengan adanya beberapa peralatan modern seperti tv flat, sofa
empuk bewarna merah, meja kecil yang diatasnya berserakan bungkus makanan
ringan beserta teh, dan lukisan abstrak di atas tv.
Seorang
gadis usia remaja dan masih mengenakan seragam sekolahnya duduk di sofa sembari
menonton tv. Ia asyik memakan kue cupcake
ceri manis yang cerinya jatuh mengenai rok lipit dan jas hijau seragamnya
ketika bel rumahnya berbunyi. Ia segera menuju pintu depan rumahnya dan
membukakan pintu.
“Permisi.
Paket untuk Airi Sefiroth.”
Gadis
itu terlihat sangat senang melihat kotak bewarna coklat yang dibawa pengantar
paket dan segera menandatangani penerimaan paket. Segera setelah pengantar
paket itu pergi ia segera membuka paket itu di ruang tamu rumahnya.
“sip.
Kamera antik baru sudah ditangan,” ujarnya senang sembari membuka bungkusan
coklat itu.
Ia
membuka kamera itu hendak mengisinya dengan rol film yang dimilikinya, namun ia
terkejut, tempat dimana seharusnya rol film diletakkan justru tertutupi oleh
sesuatu seperti batu berwarna hitam.
Berkali-kali ia mencoba mencongkel batu itu namun justru tetap tak bisa.
Karena
kesal, akhirnya dia membereskan sisa dari kardus itu dan meletakkan kamera yang
tak bisa digunakan itu ke kamarnya.
Kamarnya
seperti kamar seorang gadis pada umumnya, namun bukan hanya kasur, meja belajar
dengan laptop, meja rias dan lemari saja, kamarnya juga penuh dengan kamera
analog jadul. Ia meletakkan kamera yang baru diterimanya itu di meja riasnya
dengan lensa kamera menghadap cermin dan tanpa sengaja dia menekan tombol
shutternya. “klik” Suara yang seharusnya hanya terdengar di kamera yang ada isi
rolnya, terdengar begitu saja di kamera berisi batu itu.
Hanya
sejenak ia merasa kaget, ia segera teringat dengan cupcake yang masih menempel
di blazer dan rok lipit seragamnya. Ia segera menuju kamar mandi untuk
membersihkan remahan cupcake yang menempel pada blazernya.
Ia
membuka pintu kamar mandinya dan terkejut bukan main.
Sesosok
manusia yang sangat mirip dengannya, seperti cermin menatapnya dengan tatapan
yang kosong. Sosoknya benar-benar mirip dengannya. Sesaat dia mengira bahwa
yang di depannya itu adalah cermin. Namun ia sadar, ada yang beda dengan
sesuatu di depannya. Tidak ada pantulan dari ruangan di belakangnya dan sosok
itu bermata merah, berbeda dengannya yang bermata coklat tua.
Ia
mendorong sosok yang mirip dengannya itu dan berusaha untuk lari dari rumahnya
atau mencari sesuatu yang bisa dia gunakan sebagai perlindungan. Namun baru
beberapa langkah, sosok itu sudah memegangi lehernya dan mendadak ia merasa segalanya
gelap dan tak sadarkan diri.
“Airi.
Kau di dalam?” teriak seorang pemuda dari arah ruang tamu. Sosok yang mirip
Airi segera menggeret Airi yang tak lagi bernyawa dan melemparnya ke bak mandi.
Kembaran Airi itu segera menutup pintu kamar mandi untuk menyembunyikan mayat
Airi.
“Gak
dikunci. Aku masuk yah. Kau dimana sih? Nih oleh-oleh” tambah pemuda itu.
Pemuda itu berusia sekitar 20 tahunan. Ia memakai kemeja kotak bewarna hitam di
balik jaket coklatnya.
Kembaran
Airi dengan tatapan kosongnya menemui pemuda yang dari tadi berisik di ruang
tamu rumahnya. Pemuda itu sedang sibuk dengan kresek yang dibawanya. Dia
mengeluarkan beberapa kotak makanan ke atas meja kecil di depan tv mereka. Dia
tidak sadar bahwa kembaran Airi sudah berdiri di belakangnya, dengan tangan
siap mencekik pemuda itu.
Merasa
seperti ada sesuatu di belakangnya, pemuda itu menoleh dan mendapati adiknya
berada di belakangnya dengan tatapan kosongnya dan mata merahnya.
“Airi...
Kau ini dari tadi di sini? Kenapa gak bersuara sih? Kenapa, tenggorokanmu
sakit? Dari tadi diam saja. Eh, itu lensa kontak baru?” ujarnya sembari berdiri
dari sofa. Ia beranjak dari sofa itu hendak menuju kamar mandi.
Sewaktu
membuka pintu, dia terkejut melihat Airi berada di bak mandi dengan pakaian
lengkap. Ia segera menutupnya lagi.
“Eh,
ada orang yah. Kalo mandi dikunci lah,” ujarnya sembari menutup pintunya lagi.
Butuh
waktu beberapa detik baru dia tersadar ada yang aneh dengan adiknya. Airi
bukannya berada di ruang tamu bersamanya? lalu siapa yang sedang berendam dengan
seragam yang mirip dkenakan Airi di bak itu?
Ia
segera membuka pintu kamar mandi lagi dan mengeluarkan Airi yang basah kuyup
tersebut. Ia segera membawa Airi keluar dari kamar mandi dan mendudukkannya di
kursi. Ia juga mengeringkan tubuh Airi yang basah dan dingin itu dengan handuk
yang tergantung di hanger.
Sewaktu
tangannya menyentuh lehernya yang dingin dan tak berdetak, ia tersadar ada yang
tak beres dengan adiknya itu. Ia segera mencari denyut nadi dan nafas adiknya.
Namun, semua itu tidak ada.
“Airi...”
ujarnya lirih. “Hei,jangan bercanda deh.”
Merasa
tak ada yang bisa dilakukan, dia bermaksud memanggil ambulans tapi ponselnya ia
tinggalkan di ruang tamu dimana ia melihat adiknya yang masih hidup. Ia segera
menuju ruang tamu dan ada seseorang yang sudah menunggunya.
Sesosok
kembaran Airi sudah menunggunya di ruang tamu. Pemuda itu senang melihat
adiknya masih hidup. Ia segera menuju ke tempat kembaran Airi berdiri –sekedar mengecek
apa dia benar Airi atau hantu—. Ia menyentuh leher Airi mata merah dan
lagi-lagi terkejut, Airi mata merah ini benar-benar dingin dan tidak memiliki
denyut nadi.
“Apa
yang...?” sebelum kata-katanya selesai diucapkan, Airi mata merah sudah keburu
menyentuh lehernya dan pemuda itu jatuh tak sadarkan diri dengan pertanyaan
yang tak akan terjawab mengapa adiknya ada dua? Memang ada dua ataukah adiknya
bermain-main dengan memanipulasi denyut nadi?
*END OF PROLOG*
Cerita
ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun
cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Catatan penulis:
Maaf kalo bahasanya masih kacau,
namanya juga menulis novel atau novel ringan seperti ini hanya untuk hobi.
Habisnya kalo ide cerita gak disalurkan rasanya bete. Hahaha Apalagi kalo lagi
stress. Pasti pingin ngelakuin hobi, yah, 2 hobiku saat ini: nulis novel dan
menggambar tokoh anime.
Ide yang ada itu berasal dari
film dan anime yang kutonton, manga novel dan yang kubaca, dan kebanyakan mimpi
yang kualami kalo lagi tidur. Mimpi itu berasal dari imajinasi alam bawah sadar
dari apa yang kulihat sebelumnya. Jadi, mungkin kadang ada kesamaan cerita dari film atau game atau anime atau novel yang pernah ada.
Cerita ini akan ku update setiap hari atau mungkin seminggu sekali.
Devinta,
21 Oktober 2014
0 comments:
Post a Comment