CAPTURE 3, TERPERANGKAP 1
"Selamat
datang di pestaku"
Mendadak muncul
suara mengerikan sperti teriakan hantu wnita. Dan sedetik kemudian kabut asap
berwarna merah yang menutupi pandangan mereka muncul begitu saja. Ruangan
menjadi remang-remang ditambah asap yg menghalangi pandangan. Ditambah suhu
ruangan yg dingin menambah rasa ketakutan mereka. Anehnya lagi mereka menjadi
kesulitan bernafas.
"Hahahaha.
Waktu permainannya telah dimulai. Segeralah keluar dari sini ... atau..."
"hentikan
main-mainnya!" teriak Gregg sembari menarik salah satu siluet yg
berpakaian sama sepertinya dan terkejut.
Orang diam tak
bergerak yg berpakaian sama sepertinya jatuh dan pecah berkeping-keping.
Suara porselen
pecah dan teriakan para cewe di ruangan itu memenuhi ruangan.
"atau kalian
akan menjadi sepertinya. Hancur berkeping-keping".
Redd mendekati
para patung porselen yg duduk mengitari meja itu. Ia melihat para manekin itu
tak menampakkan wajah yg serupa n tanpa ekspresi. Ia menghiraukan mereka dan
mengambil kertas n surat yg diletakkan di tengah meja. Dia membuka kertas itu
dan menemukan sebuah pack film kamera polaroid.yg blm terpakai. Dia mengambil film
itu dan menyimpannya di saku kemejanya.
"Kita hrs
segera keluar dari sini. Suhuny semakin dingin. Klo tdk kita akan membeku seperti
para manekin itu." ujar Seyra sembari menuju pintu dan berusaha membukanya
namun terkunci.
"Tak bisa dibuka."
teriaknya histeris. Lyfa dan Eva ikut mencoba membantunya namun pintu tetap tak
bs trbuka.
"Minggir.
Kita akan mencoba mendobraknya." ujar Gregg sembari menerobos para cewe.
Mereka berdua mendobrak
pintu itu namun tetap tak bergeming. berkali-kali mereka mendobrak pintu tp
tetap tak berhasil jg.
"Takkan
berhasil, Gregg. Pintu ini terlalu keras. Kita harus mencari kuncinya."
ujar Redd sembari meraba pintu itu yg terasa panas.
"Ruangan ini
tadinya kan tdk terkunci. Mana ada kuncinya." sangkalnya.
"Apa kau mau
bahumu retak karena mendobrak pintu?" tanya Redd bijak sembari menahan
bahu Gregg agar tidak mendobrak pintu lagi. "Lagipula para cewe sdh berusaha
mencari kuncinya untuk kita."
Gregg menyerah. Ia
ikut mencari kunci bersama keempat temannya.
Seyra, Lyfa, dan
Eva mencari di lemari2 makan yang berada di kanan kiri meja. Sedangkan Gregg
dan Redd mencari di meja makan.
Suhu ruangan
semakin dingin. Mereka hampir menyerah ketika melihat kabut yg semakin tebal dan
hampir setinggi dada mereka.
"Apa kita
akan mati membeku disini?" tanya Eva pasrah sembari menggigil kedinginan
dalam pelukan Redd.
"Tidak. Aku
tidak mau mati membeku di sini." ujar Seyra sembari diiyakan Eva. Mereka
berdua saling berpelukan.
"Apa tak ada
cara lain kita keluar dari sini selain menggunakan kunci?" gumam Gregg.
Dia berkali-kali menendang pintu itu. Sewaktu dia menendang pintu itu, sekilas
Redd seperti melihat bayangan aneh tak jelas yang muncul di kenop pintu. Bayangan
seperti hantu yg muncul ketika pintu ditendang. Namun sepertinya hanya dia yg
melihatnya.
Redd teringat
dengan pack film yg ia temukan. Mgkn dgn sebuah kamera n pack film dya dapat dy
dpt memotret bayangan tak jelas yg mengganggunya itu.
"Redd melepas
pelukannya dan memakaikan jaketnya kepada Eva.
"Redd?"
Redd mengeluarkan
pack film dari sakunya dan menunjukkannya pada teman2nya.
"Kalian tahu
ini untuk apa? Aku menemukannya di amplod tadi" tanyanya.
"Itu untuk
kamera polaroid," jawab Seyra.
"Kalo begitu,
seharusnya ada kameranya kan?" tanya Eva.
Mereka melihat
berkeliling dan mencoba mengigat apa yg telah merekea temukan. Namun seingat
mereka, mereka sama sekali tidak menemukan kamera. Saat mereka hampir putus
asa...
"Hei!
Bukankah itu kamera yg kalian maksud?" ujar Gregg sembari menunjuk atas.
Mereka dpt melihat
sebuah kamera polaroid tipe 600 yg telah diselimuti oleh jaring laba-laba.
Kamera itu diletakkan di atas kap lampu yang menempel pada dinding yang cukup
tinggi. Kamera itu berwarna hitam. Letaknya sangat jauh dari lantai mereka berdiri.
"Itu cukup
jauh. Tapi kurasa jika tinggi kalian digabungkan, kalian bisa meraihnya,"
saran Eva kepada Gregg dan Redd.
"Tinggimu
berapa, Gregg? aku 177." tanya Redd sembari tangannya menekan pundak Greeg
-bersiap menaiki pundaknya, ia sudah melepas septunya ketika Eva berbicara.
"Aku 183....
Hei. Kau beneran mau menaikiku? Letak lampu itu cukup jauh."
"Jika
dijumlah menjadi 360. ruangan ini kurasa tak lebih dari 4 meter tingginya,"jelas
Eva.
"Ya. Kalo
dicoba juga kita takkan tahu", ujar Redd tenang sembari berusaha berdiri
di bahu Gregg. Ia dengan santainya dapat mengambil kamera itu dari kap lampu
dan menemukan sesuatu yg diletakkan di atasnya -sebuah kunci-.
"Yak. Berhasil!"
ujar Redd girang sembari melompat salto dari pundak Gregg.
Setelah Redd
sampai di lantai, ia memberikan kunci itu kepada Gregg. Gregg segera berlari
menuju pintu yg terkunci tadi. Dan ketika dia memasukkan kuncinya ke lubang
kunci...
Dia terpental.
Dengan iseng, Redd
memasukkan pack film yg ia temukan tadi ke dalam kamera polaroid. Ia mendekati
pintu itu dan menyorot knop pintu yg berbayang absurb itu --ia berpikir mungkin dengan sebuah lensa dari viewvinder kamera dapat membuatnya melihat bayangan absurb itu dengan jelas--. Tanpa sengaja ia
menekan tombol shutter bersamaan dengan kilatan blizt dari kamera dan selembar
kertaspun keluar.
Redd mengambil
hasil foto dan melihatnya bersama ketiga cewe itu.
"Kyaaa!"
ketiga cewe itu teriak bersamaan. Mereka dapat melihat bahwa hasil foto berbeda
dengan apa yg mereka lihat.
Di dalam foto itu terlihat
pintu yang sedikit terbuka dan jari tangan manusia yg pucat yg sedang memegangi
daun pintu -seperti ingin membuka pintu- namun wajah dan tubuhnya tak terlihat
karena gelap.
"Apa
sih?" tanya Gregg penasaran dan mengambil foto dari tangan Redd.
"Foto
hantu?" tanya lagi. Namun suaranya bergetar. Ia membeku melihat hasil foto
itu.
"Entahlah,"
jawab Redd sembari mengambil kunci dari genggaman Gregg dan memasukkannya ke
dalam lubang pintu. Ketika kunci telah masuk ke lubang pintu, ruangan menjadi
terang, suhu ruangan menjadi normal, dan kabut telah sepenuhnya menghilang
seakan dihisap oleh vacuum.
"Bawa ini!
Aku tidak mau membawa foto hantu," ujar Gregg sembari memasukkan foto tadi
kedalam saku kemeja Redd.
"Pintunya
terbuka. Ayo kita keluar dari sini," ujar Redd. Ketiga cewe itu mengikutinya,
begitu jg dgn Gregg yg sdh reda dari keterkejutannya.
Mereka berempat
keluar dari ruangan itu dan mereka malah semakin memasuki ruangan yang gelap dan dingin --walaupun dinginnya tidak menusuk seperti di ruangan sebelumnya--. Seharusnya mereka ada di ruangan yang telah mereka lewati sebelumnya --sebuah hall (ruang utama) dengan tangga menuju ke atas di tengahnya dan beberapa pintu.
*END OF CAPTURE 3*