List Anime Fall 2015 yang WAJIB dan RECOMENDED buat ditonton (Oktober-Desember)
Bulan Oktober telah tiba. Musim pun berganti menjadi musim gugur di Jepang. Anime baru pun mulai bermunculan. Inilah beberapa anime baru yag recomended buat kita tonton...
Daftar Anime Summer 2015 dan Trailer yang Recomended buat ditonton (From July to September)
Nah, list anime summer rekomendasiku kali ini penuh action (gak semua action sih, ada yang komedi juga). Mari kita liat (urut abjad) list anime yang kiranya rekomended buat ditonton. Cekidot:
Daftar Anime Spring yang Worth it buat ditonton (April-Juni)
Memang, springnya udah agak telat. Telat sebulan malah.... tapi gak apa lah daripada gak sama sekali. Mari kita bahas anime spring yang kutonton dan ternyata bagus, (yess!)
Friday, April 1, 2016
1:47 PM
Unknown
"ARC RUMAH TUA"
CAPTURE 5, POLTERGEIST
Mendengar suara tawa cekikian yang aneh itu membuat mereka sadar bahwa mereka belum keluar dari rumah aneh itu.
Mereka melihat sekeliling dengan lampu blizt ponselnya masing-masing. Mereka menyadari bahwa tempat ini adalah sebuah ruangan dapur kuno dengan mesin oven besar di belakang mereka. Di tengah dapur yang penuh dengan peralatan masak ini terdapat meja besar dari kayu untuk memotong daging.
"Kita baru keluar dari oven?" gumam Gregg kaget mendapati dirinya berada di depan oven besar.
"Tak ada yang bisa diterima dengan akal sehat dengan ini semua. Sebaiknya kita segera pergi dari rumah ini," ujar Seyra sembari menuju pintu yang terlihat. Memang hanya satu pintu yang terlihat, mereka berharap pintu itu menuju ke hall tadi.
Dia baru menyentuh gagang pintu itu ketika semua kejadian mengerikan terjadi.
Tiba-tiba api dalam oven menyala besar membuat ruangan itu menjadi sangat terang. Lilin lampu menyala terang di atas mereka. Laci-laci yang tadinya tertutup mendadak terbuka dan memuntahkan isinya. Perabotan seperti piring, wajan, panci, dan wadah lainnya saling berkelontangan satu sama lain menyebabkan keributan. Barang-barang tajam seperti pisau dan garpu bergetar dan siap untuk menyerang siapapun.
"Klontang! Klonteng!"
"Drrttttt!"
Keributan ini menyebabkan ketakutan bagi mereka. Seyra terus menerus berusaha membuka pintu namun tak berhasil. Gregg dan Redd ikut membantu dengan berusaha mendobrak namun pintu itu sama sekali tak bergeming sedikitpun.
Semakin lama mereka berusaha membuka pintu itu, semakin mengamuk barang-barang yang ada disana. Pisaunya kali ini bukan hanya bergetar. Salah satu pisau yang cukup besar, tajam, dan berat melayang ke arah pintu.
"Awaasssssss! Pisauuu!" teriak Eva melihat pisau itu melayang ke arah mereka bertiga (Redd, Gregg, Seyra).
Redd yang pertama melihat pisau itu segera mendorong Gregg dan Seyra tanpa memperdulikan dirinya sendiri yang masih berdiri di depan pintu.
"Aaargghkkk" teriak Redd ketika pisau itu melewatinya dan menancap di daun pintu.
Bilah pisau itu mengenai lengan kanan Redd dan membuat bajunya sobek. Darah mengucur perlahan dari lengannya yang terluka.
"Redd...?" teriak Eva cemas.
"Aku tak apa." jawabnya sembari menarik bajunya yang menyangkut di pisau dan membiarkannya semakin robek. "Yang penting kalian semua tidak ada yang kena kan?" tanyanya kepada teman-temannya sembari melihat sekeliling.
"Apa kita harus melakukan sesuatu yang sama seperti saat kita keluar dari ruangan tadi?" tanya Lyfa sembari menunjuk pintu yang tak mau terbuka itu.
Redd sudah siaga dengan kameranya... Ia membidik pintu dengan cepat saat sebuah wajan melayang menghalangi bidikan kameranya.
"Sial! Wajan itu menutup kameraku. Aku tidak bisa memotretnya dengan benar." ujarnya kesal sembari meremas dan membuang kertas hasil kameranya ke kompor yang menyala.
"Dhuarr"
Kertas yang ia buang ke kompor menyebabkan nyala api kompor semakin besar dan meledakkan kompor beserta oven dibawahnya.
Mereka semua kaget akibat suara kompor yang meledak itu. Dan tidak menyadari bahwa pintu yang mereka ingin terbuka sudah terbuka sendiri dengan lebar.
Kejadian semakin heboh setelah kompor itu meledak. Sekarang semua benda di dapur melayang layang di udara dan menyerang mereka semua dengan membabi buta.
Redd dan Gregg sempat meraih besi tempa sebelum ikut melayang melindungi mereka semua dengan menangkis serangan pisau dan alat-alat tajam lainnya.
"Pintunya terbuka!" teriakk Eva sembari tetap berlindung di belakang Redd yang sibuk menangkis pisau dan garpu (alat2 makan).
"Ayo kita kesana. Kalian tetap di belakang kami!" tuntun Gregg sembari tetap menangkis pisau, garpu, dan alat2 masak lainnya dengan besi tempa.
Dengan berdekatan satu sama lain dan Gregg-Redd tetap menangkis serangan udara itu, mereka berhasil keluar dari dapur yang penuh dengan barang-barang berterbangan yang menyerang manusia ini.
Setelah mereka berhasil keluar dari dapur gila itu, pintu dapur tertutup dengan keras dan pisau,garpu,alat2 makan semuanya mendadak berhenti melayang dan jatuh begitu saja. Suasana menjadi hening lagi.
*END OF CAPTURE 5*
Thursday, March 31, 2016
11:23 AM
Unknown
"ARC RUMAH TUA"
Ruangan itu berupa perpustakaan kecil berbentuk kotak dengan perapian di tengahnya. Sekelilingnya hanyalah rak buku yang penuh dengan buku usang. Tidak ada pintu lagi disana. Benar-benar terjebak di dalam sebuah perpustakaan. Redd berusaha untuk tetap membiarkan pintu yang mereka masuki tadi terbuka, namun gagang pintu itu menjadi panas sekali dan secara refleks Redd melepasnya dan membuat suara pintu tertutup dengan keras.
"Pintunya tertutup lagi?!" tanya Greegg kaget.
"Sori. Gagangnya membakar tanganku." ujarnya kalem sembari menunjukkan telapak tangannya yang memerah.
"Maafkan aku, teman-teman. Gara-gara aku ngotot mencari hpku yang hilang. Kita semua terjebak di sini." ujar Seyra sedih.
"Bukan salahmu, Seyra. Akulah yang mengajak mereka kemari hanya karena mempercayai aplikasi." timpal Lyfa sembari menepuk bahu Seyra.
"Sudah... sudah... Kita semua pasti bisa keluar dari sini. Kita mungkin sedang dikerjai pemilik rumah ini karena sudah masuk ke rumahnya tanpa ijin," ujar Eva sembari merangkul mereka.
"Ehm... Siapapun yang ada disana. Apa yang harus kita lakukan kali ini?" tanya Redd sembari mengetuk setiap inchi rak yang terbuat dari kayu tersebut.
"Teman... kamu... selamanya..." jawab suara itu tak begitu jelas. Terputus putus dan hanya seperti bisikan suaranya berasal dari perapian di tengah mereka.
"Apa?" tanya Redd sembari mendekati perapian. Dia mengira ada seseorang di perapian. Namun tak ada siapapun disana. Melihat Redd yang aneh mereka mulai penasaran.
"Ada apa, Redd?" tanya Gregg.
"Apa kau tidak dengar? Mereka bilang "teman","selamanya', tapi seperti bisikan dan tidak terdengar jelas."
"Siapa yang kau maksud? Kami tidak mendengar siapa-siapa." jawab Eva takut.
Redd membeku mendengar jawaban Eva. Dia menatap perapian lagi, dan...
Perapian yang tidak menyala mendadak menyala dan mengagetkan mereka semua.Untungnya Redd sudah tidak mendekatkan kepalanya ke dalam perapian itu.
"Apa-apaan! Perapian itu menyala sendiri!" teriak Gregg kaget.
Di dalam perapian yang menyala-nyala itu mereka bisa melihat bahwa seperti ada sesosok wajah yang menggeliat di dalam bara api. Walaupun sekilas, mereka dapat melihat bahwa wajah itu tersenyum, senyuman mengerikan yang terus melekat dalam pikiran mereka.
"Kalian lihat itu? Wajah di bara api!" teriak Eva tak percaya.
"Gak mungkin. Mana bisa ada wajah di bara api! Pasti ada triknya!" teriak Seyra sembari melemparkan sebuah buku ke dalam bara perapian.Setelah buku terbakar dan lenyap, bara perapian semakin membesar.
Seyra hampir memasukkan buku lagi ke dalam bara perapian, namun tangan Redd menahannya.
"Jangan... Kau bisa membuat ruangan ini terbakar."
Seyra sadar apa yg dia lakukan. Ya, tindakannya membuat perapian semakin besar dan besarnya perapian bisa membuat ruangan itu terbakar.
"Sori. Aku..." ujarnya sembari mengembalikan buku ke raknya semula.
"Kurasa kita harus melakukannya seperti tadi, Redd. Kau potret sesuatu yang aneh dan kemudian bisa membuat kita keluar dari sini. " usul Lyfa.
"Apa yang bisa ku potret...?" tanya Redd pada dirinya sendiri. Ia kemudian teringat sesuatu, suara yang muncul dari perapian. Hanya dia yang bisa mendengarkannya.
Redd mendekati perapian dengan hati-hati. Ia siap membidik perapian dengan kameranya.
"ceklik" suara shutter bersamaan dengan suara api yang meledak mengagetkan mereka semua. Setelah api meledak dan membesar beberapa saat, api itu padam dan tembok di belakang api yang menyala tadi mendadak bergeser ke atas. Terbukalah sebuah pintu kecil yang bisa mereka masuki dengan merangkak. Gregg merangkak memasukinya disusul 2 cewe di belakangnya, Seyra dan Lyfa.
Kertas foto di kamera yang Redd pakai keluar. Redd menariknya dan melihat ke kertas foto hasil jepretan tadi. Lagi-lagi penampakan lain terfoto dalam kertas tersebut. Ia melihat sesosok benda gosong terbakar di dalam perapian yang menyala itu. Ia tidak mau memperlihatkan foto itu pada teman-temannya. Setelah melihat foto itu, ia langsung memasukkannya ke dalam sakunya.
"Apa yang kau lihat?" tanya Eva penasaran. Hanya dia yang masih berada di ruangan itu.
"Tidak. Sebaiknya kau tidak melihatnya, Ev." ujar Redd sembari mendorong Eva ke dalam perapian. "Ayo, mereka sudah menunggu."
Eva merangkak memasuki perapian yang berdebu itu disusul Redd dan menemukan teman-temannya yang penuh dengan debu menunggunya.
Melihat wajah teman-temannya yang penuh dengan debu itu mereka tak kuat untuk menahan tawa. Ketika mereka tertawa, terdengar tawa mengerikan yang menyusul mereka tertawa dan membuat mereka diam.
"Pintunya tertutup lagi?!" tanya Greegg kaget.
"Sori. Gagangnya membakar tanganku." ujarnya kalem sembari menunjukkan telapak tangannya yang memerah.
"Maafkan aku, teman-teman. Gara-gara aku ngotot mencari hpku yang hilang. Kita semua terjebak di sini." ujar Seyra sedih.
"Bukan salahmu, Seyra. Akulah yang mengajak mereka kemari hanya karena mempercayai aplikasi." timpal Lyfa sembari menepuk bahu Seyra.
"Sudah... sudah... Kita semua pasti bisa keluar dari sini. Kita mungkin sedang dikerjai pemilik rumah ini karena sudah masuk ke rumahnya tanpa ijin," ujar Eva sembari merangkul mereka.
"Ehm... Siapapun yang ada disana. Apa yang harus kita lakukan kali ini?" tanya Redd sembari mengetuk setiap inchi rak yang terbuat dari kayu tersebut.
"Teman... kamu... selamanya..." jawab suara itu tak begitu jelas. Terputus putus dan hanya seperti bisikan suaranya berasal dari perapian di tengah mereka.
"Apa?" tanya Redd sembari mendekati perapian. Dia mengira ada seseorang di perapian. Namun tak ada siapapun disana. Melihat Redd yang aneh mereka mulai penasaran.
"Ada apa, Redd?" tanya Gregg.
"Apa kau tidak dengar? Mereka bilang "teman","selamanya', tapi seperti bisikan dan tidak terdengar jelas."
"Siapa yang kau maksud? Kami tidak mendengar siapa-siapa." jawab Eva takut.
Redd membeku mendengar jawaban Eva. Dia menatap perapian lagi, dan...
Perapian yang tidak menyala mendadak menyala dan mengagetkan mereka semua.Untungnya Redd sudah tidak mendekatkan kepalanya ke dalam perapian itu.
"Apa-apaan! Perapian itu menyala sendiri!" teriak Gregg kaget.
Di dalam perapian yang menyala-nyala itu mereka bisa melihat bahwa seperti ada sesosok wajah yang menggeliat di dalam bara api. Walaupun sekilas, mereka dapat melihat bahwa wajah itu tersenyum, senyuman mengerikan yang terus melekat dalam pikiran mereka.
"Kalian lihat itu? Wajah di bara api!" teriak Eva tak percaya.
"Gak mungkin. Mana bisa ada wajah di bara api! Pasti ada triknya!" teriak Seyra sembari melemparkan sebuah buku ke dalam bara perapian.Setelah buku terbakar dan lenyap, bara perapian semakin membesar.
Seyra hampir memasukkan buku lagi ke dalam bara perapian, namun tangan Redd menahannya.
"Jangan... Kau bisa membuat ruangan ini terbakar."
Seyra sadar apa yg dia lakukan. Ya, tindakannya membuat perapian semakin besar dan besarnya perapian bisa membuat ruangan itu terbakar.
"Sori. Aku..." ujarnya sembari mengembalikan buku ke raknya semula.
"Kurasa kita harus melakukannya seperti tadi, Redd. Kau potret sesuatu yang aneh dan kemudian bisa membuat kita keluar dari sini. " usul Lyfa.
"Apa yang bisa ku potret...?" tanya Redd pada dirinya sendiri. Ia kemudian teringat sesuatu, suara yang muncul dari perapian. Hanya dia yang bisa mendengarkannya.
Redd mendekati perapian dengan hati-hati. Ia siap membidik perapian dengan kameranya.
"ceklik" suara shutter bersamaan dengan suara api yang meledak mengagetkan mereka semua. Setelah api meledak dan membesar beberapa saat, api itu padam dan tembok di belakang api yang menyala tadi mendadak bergeser ke atas. Terbukalah sebuah pintu kecil yang bisa mereka masuki dengan merangkak. Gregg merangkak memasukinya disusul 2 cewe di belakangnya, Seyra dan Lyfa.
Kertas foto di kamera yang Redd pakai keluar. Redd menariknya dan melihat ke kertas foto hasil jepretan tadi. Lagi-lagi penampakan lain terfoto dalam kertas tersebut. Ia melihat sesosok benda gosong terbakar di dalam perapian yang menyala itu. Ia tidak mau memperlihatkan foto itu pada teman-temannya. Setelah melihat foto itu, ia langsung memasukkannya ke dalam sakunya.
"Apa yang kau lihat?" tanya Eva penasaran. Hanya dia yang masih berada di ruangan itu.
"Tidak. Sebaiknya kau tidak melihatnya, Ev." ujar Redd sembari mendorong Eva ke dalam perapian. "Ayo, mereka sudah menunggu."
Eva merangkak memasuki perapian yang berdebu itu disusul Redd dan menemukan teman-temannya yang penuh dengan debu menunggunya.
Melihat wajah teman-temannya yang penuh dengan debu itu mereka tak kuat untuk menahan tawa. Ketika mereka tertawa, terdengar tawa mengerikan yang menyusul mereka tertawa dan membuat mereka diam.
*END OF CAPTURE 4*
Subscribe to:
Posts (Atom)